Kisah Lapuk Jemiah; Masih (Part 6) Repost 18 Juli 2014


        Bulan yang indah memaksanya menatap langit dengan ketakjuban akan sang pencipta. Semua diciptakan begitu indah. Sama seperti kisah hidupnya. Ia merenungkan masa yang mungkin tak terhindar dari sepi yang melanda. Namun apa daya, masa tinggalah masa, tak harus menuntut sang waktu mengulanginya, semua diciptakan sesuai dengan rencana-Nya. Jemiah tak lagi berkeluh kesah. Ia tetap akan terus berjuang di masa yang tak lagi muda. Berharap Genduk dan Dinda tak bernasib sepertinya. Berharap Genduk dan Dinda bahagia dimasa tuanya. Berharap mereka tak perlu memeras keringat diusia renta. 

            Dan untuk kesekian kali aku berbincang-bincang dengannya, selalu sama, seperti tak ada lara yang tersisa diraut wajahnya. Ia selalu tersenyum ketika bercakap-cakap dengan siapapun. Sekalipun mata sayu yang terbingkai oleh keriput disetiap sudut wajahnya melukiskan kesunyian yang mendalam, ia tak pernah berhenti menebar tawa demi menutup segala duka. Ia tak mau dunia mengendus lukanya, ia ingin dunia tau tentang semangat kegigihannya saja.

          Tak ada ketangguhan yang lebih besar dari perjuangan seorang Ibu bagi anak-anaknya. Tak ada pengorbanan yang lebih tulus dari cinta seorang wanita untuk separuh jiwanya. Dan tak ada benteng yang lebih kuat dari bertahan hidup dengan segala suka duka yang menghias lembaran hari-harinya. Jemiah memiliki itu semua, ialah wanita tangguh yang tak kenal lelah disetiap kerja kerasnya.

            Jemiah akan tetap berdiri tegak melawan rintangan. Ia masih akan tetap bertahan menjalani liku-liku kehidupan. Dan meskipun tanpa almarhum suaminya yang tak lagi menemani, ia tetap harus bertahan menerjang hati. Masih ada anak-anak dan cucu-cucunya yang begitu menyayangi Jemiah. Itulah semangat hidup serta motivasi terbesar Jemiah menjalani hidup.

            Tak ada pilihan lain bagi setiap insan, selain menjalani hidup dengan ketulusan. Darisitu pula manusia belajar mengenali rasa, suka maupun duka. Hingga pada akhirnya semua yang pernah dilalui membentuk pribadi yang tangguh, yang tak kan goyah dihadang duka. Tak ada satupun yang mampu merayu waktu. Waktu akan tetap terus berjalan, masa akan terus berlalu, keduanya tak kan kembali. Dan manusia, mungkin hanya bisa menyesali apa yang tak pernah bisa diperjuangkannya. Berjuang selagi bisa. Bertahan selagi mampu. Tiada yang lebih baik dari itu.





- The End -

Komentar