Tirai senja, sebuah sekat antara waktu
dan hari-hari yang terus berlalu, melewati setiap episode yang tak kunjung usai,
hanya ada perjuangan disetiap benak insan yang terlupakan. Tiada kata, tiada
mantra, tiada secuplik kisahpun dapat menakhlukan hati sang waktu. Ia berlari
dengan buasnya tak peduli seberapa banyak jiwa bersujud padanya, memohon
kembali dalam suatu masa. Namun semua
rata, tak ada yang berhak menuntut jarum jam berbalik arah. Tidak. Tidak
satupun mampu merayu sang waktu.
Siapa
yang tak ingin hidup senang dimasa tuanya? Sepertinya alasan sebagian besar
masyarakat yang bersekolah hingga ke jenjang yang tinggi adalah salah satunya
karena tak ingin susah dimasa tuanya. Namun bagaimana dengan mereka yang
terlanjur tak mempunyai harapan, selain menjalani pilihan untuk tidak
bersekolah? Terpaksa memilih untuk tidak bersekolah dimasa mudanya hanya menyisakan
segelintir penyesalan saja.
“Dulu
saya sebenarnya pengen sekolah, mbak. Tapi ya gimana lagi, nggak boleh sama
orang tua. Saya orangnya nggak berani mbantah orang tua, manut saja sama yang
dikatakan orang tua. Jaman dulu anak perempuan itu nggak perlu sekolah,
kalaupun sekolah paling ujung-ujungnya kembali ke dapur.”
Begitulah serentetan pengakuan Jemiah yang
membuat kita berpikir begitu kontrasnya masa muda orang-orang yang hidup
dijaman dulu dan dijaman sekarang. Begitu besar keinginan mereka untuk
bersekolah namun begitu besar juga rintangan yang menghadang. Membuat mereka
semakin sulit untuk mewujudkan impian. Sedang sekarang, begitu banyak jalan
untuk menempuh pendidikan, namun begitu banyak pula jiwa muda yang menyia-nyiakannya.
Malas mengerjakan tugas, membolos, mencontek, hingga membeli kunci jawaban UNAS
adalah sederet contoh krisis idealisme pada anak muda jaman sekarang.
Andai mereka menilik kisah hidup Jemiah, andai mereka bertukar hidup sehari saja dengan Jemiah, andai mereka merasakan apa yang dirasakan Jemiah dimasa tua, akankah jiwa-jiwa muda ini terus bersantai-santai di masa yang seharusnya mereka perjuangkan demi masa tua yang bahagia? Sebelum waktu benar-benar merenggut kesempatan dan hanya menyisakan penyesalan.
Andai mereka menilik kisah hidup Jemiah, andai mereka bertukar hidup sehari saja dengan Jemiah, andai mereka merasakan apa yang dirasakan Jemiah dimasa tua, akankah jiwa-jiwa muda ini terus bersantai-santai di masa yang seharusnya mereka perjuangkan demi masa tua yang bahagia? Sebelum waktu benar-benar merenggut kesempatan dan hanya menyisakan penyesalan.
Komentar