Kisah Lapuk Jemiah; Tak Ternilai (Part 3) Repost 18 Juli 2014


          Lahir ditahun 1949 tak menyisakan sedikitpun memori kapan tepatnya tanggal dan bulan kelahirannya, hanya tersisa “Jumat Legi” yang tersimpan dalam kenangan tentang hari lahirnya. Jauh dari peringatan hari ulang tahun, sejak kecil ia tak pernah tahu kapan tanggal bersejarah itu.

            Tak seperti orang-orang jaman sekarang, dalam kerumunan pesta, gaun malam dan pakaian indah, serta kue tart yang begitu megah, Jemiah tak sekalipun merasakan hal itu semasa hidupnya. Baginya pertambahan usia cukup sebagai sebuah berkah yang melimpah dari sang kuasa, hingga dirinya dapat mendampingi anak-anak dan cucu-cucunya tumbuh besar.

            Sirum, seorang penjual sayur keliling yang memiliki enam anak adalah buah cinta Jemiah dan suami pertamanya terdahulu. Lalu Karyani, seorang dosen di Universitas Wisnuwardhana di kota Malang adalah bukti keberhasilan Jemiah menyekolahkan anak pertama dari almarhum suami keduanya, Mariyono. Sedang Kartono, anak kedua Jemiah dari Mariyono merupakan darah daging ketiganya yang kini tinggal serumah dengannya.

            Kartono memberi dua cucu-cucu cantik pada Jemiah, Genduk dan Dinda. Genduk yang kini hampir menginjak usia ke 17 adalah gadis harapan keluarga yang kini disekolahkan di SMA GIKI Surabaya demi mengangkat derajat keluarganya. Dan dinda, gadis kecil nan lugu yang duduk di bangku taman kanak-kanak di TK Nurul Rahma Simo Mulyo Surabaya, adalah cucu kecil Jemiah yang selalu menghadirkan semangat hidup dalam menjalani hari-hari. Tawa Dinda mengemas peluh perjuangan Jemiah menjadi sebuah kebahagiaan kecil setiap ia pulang dari rumah majikan untuk mencuci dan menyeterika pakaian. Wajah malaikat pada diri anak kecil memang selalu memberikan ketentraman tersendiri didalam hati.

            Tiada yang lebih berharga dari harta yang tak ternilai, itulah keluarga. Jemiah hanya ingin menghabiskan masa tuanya bersama keluarga. Kini ia tinggal bersama dengan anak ketiganya, Kartono, serta istri dan kedua anak Kartono. Kedua anak Jemiah lainnya tinggal dirumah mereka masing-masing, sementara ia sendiri telah ditinggalkan almarhum suami keduanya, Mariyono, sejak tiga tahun yang lalu. Itulah sebabnya Kartono memutuskan untuk tetap tinggal bersama Jemiah menemani hari-hari tuanya.




To be continued...


Komentar